Feeds:
Pos
Komentar

Ada segolongan manusia bahkan bangsa yang diuntungkan dengan adanya kaum miskin. Maka untuk melestarikan kehidupannya dengan meraup keuntungan yg besar, mereka pun berupaya untuk mengelola, memberdayakan bahkan melestarikan kemiskinan tersebut.

Tidak menutup kemungkinan kaum buruh yg lemah adalah merupakan sebuah objek yg terkena proyek pemiskinan secara tersistem. Robert K. Merton memberikan sebuah analisis fungsional dari kemiskinan. Bahwa kemiskinan perlu untuk dipertahankan guna kelestarian sistem yg ada.

Bagaimana kemiskinan bisa menguntungkan golongan atau bangsa tertentu?

Herbert J. Gans dalam buku bertitel “The Use of Poverty” menyebutkan fungsi dari orang-orang miskin antara lain adalah :

Kemiskinan adalah menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan – pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi dibayar murah. Orang-orang miskin diperlukan untuk membersihkan got-got yg mampet, membuang sampah, menaiki gedung yg tinggi, bekerja di pertambangan yg tanahnya mudah runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yg terjadi jika tidak ada orang miskin.

Kemiskinan adalah menambah atau memperpanjang nilai guna barang dan jasa. Baju bekas yg sudah tak terpakai dapat di jual kepada orang-orang miskin. Begitu pula barang-barang apkiran, barang-barang reject semuanya menjadi bermanpaat untuk orang-orang miskin.

Kemiskinan adalah mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yg menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil karena di bayar murah, mengurangi biaya produksi untuk melipatgandakan keuntungan. Wajar kalau gaji buruh terkena program episiensi.

Bagaimana dengan kaum buruh, orang – orang lemah yg menyandarkan kehidupannya bekerja, banting tulang, siang jadi malam, malam jadi siang berjuang untuk kehidupannya, sudahkah menyadari eksistensi dirinya. Atau bahkan kaum buruh berpikir dan berpandangan sesuai rekayasa sosial yg mereka ciptakan, yaitu bahwa kaum buruh hadir sebagai orang-orang miskin yang dilestarikan guna kelangsungan hidup kaum kapitalis.

Maka sangat disayangkan sekali kalau sesama buruh ( walaupun jabatannya menejer,kabag, superpisor, bahkan foreman mereka sama buruh juga ) gara – gara memiliki jabatan dan kekuasaan, ikut memperlakukan bawahannya sebagaimana pandangan Herber J. Gan, yaitu ikut mendukung dan melestarikan kesusahan bawahannya, dengan bersikap semena-mena untuk kepentingan pribadinya.

Marilah kita bersikap sebagai Bangsa Indonesia yg selayaknya saling bantu.

bung-tomo
Bismillahirrahmanir rahim…
Merdeka!!!
Saoedara-saoedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia,
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.
Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.
Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.
Saoedara-saoedara,
didalam pertempoeran- pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa
ra’jat Indonesia di Soerabaja
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,
didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra’jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana
Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra’jat Indonesia, ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra’jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian
Hai tentara Inggris!,
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe
Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada,
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
Saoedara-saoedara ra’jat Soerabaja,
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,
Toehan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!

“kapitalisme telah gagal mensejahterakan rakyat,
lawan rezim borjuis sby-bd & bangun persatuan rakyat”

Krisis global
Krisis global merupakan kelanjutan dari rangkaian krisis sebelumnya artinya krisis global adalah hal yang wajar terjadi dalam tubuh kapitalisme seperti gambaran pada pendahuluan. Berawal dari kejatuhan Wall Streat dijantung kapitalisme-Amerika Serikat ternyata melahirkan krisis yang berkepanjangan sampai sekarang di Negara-negara kapitalisme di luar Amerika dan menyerang juga Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Kalau digenarlisasikan setidaknya ada tiga pandangan tentang beberapa hal yang mendasari dari terjadinya krisis global, pandangan ini juga nantinya tidak terlepas dari strategi atau jalan keluar yang ditawarkan untuk menyelematkan perekonomian dari badai krisis, diantaranya :
1.Bagi pendukung free economy market terjadinya krisis lebih didasarkan pada kesalahan, kerakusan para pelaku pasar yang hanya mengejar keuntungan individu-individu tanpa memperhatikan keberlangsungan perusahaan kedepannya. Pandangan ini sebenarnya lebih dikenal bahwa krisis disebabkan moral hazard dai pelaku pasar.
2.Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa persoalan krisis disamping tata kelola yang buruk, keserakahan pelaku pasar sebenarnya terjadinya krisis tidak terlepas dari hilangnya intervensi Negara dalam menjaga stabilisasi pasar sehingga sebelum terjadinya krisis Negara sudah memiliki strategi penyelematan dengan kata lain langkah-langkah pencegahan sudah disiapkan dan bisa secara langsung diterapkan sehingga krisis tidak terjadi kalaupun terjadi akan disembuhkan secara cepat tidak berkepanjangan seperti sekarang ini.
3.Pandangan terakhir adalah memandang krisis lebih pada hakikat dasar dari kapitalisme itu sendiri yaitu krisis merupakan keniscayaan yang terus akan terjadi (lingkaran setan) yang tidak bisa dihindari kecuali menggantikan kapitalisme dengan corak produksi yang baru. Lebih lanjut krisis bukanlah disebakan oleh moral hazard atau keserakahan para pemodal karena hal tersebut menjadi fenomena yang wajar dari sebuah sistem yang rakus dan tidak pula persoalan kepasifan atau tidak adanya intervensi Negara karena corak produksi yang kapitalistik akan secara otomatis tidak membutuhkan peran Negara dalam urusan pasar kecuali Negara hanya dibutuhan sebagai alat untuk memuluskan proses akumulasi modal sehingga Negara tidak lebih dari sebuah alat kepentingan kelas para pemoda (pemilik alat produksi).

Dampak Krisis Global
Indonesia adalah salah satu Negara penghamba terhadap modal, menganut atau mengamini konsep pasar bebas sebagai jawaban menjadi Negara maju. Banyak paket kebijakan, regulasi yang dikeluarkan untuk kepentingan kelas pemodal. Secara keumuman dampak krisis global terhadap Indonesia telihat dengan jelas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak dilanda krisis mengalami penurunan Bank Indonesia memperkirakan turun dari 6,1 persen ke 4 persen. Sejak dilanda krisis Indonesia sudah berapa kali melakukan revisi target pertumbuhan ekonomi artinya bahwa perekonomian berada dalam ketidakpastian yang tinggi. Tingkat ekspor mengalami penurunan turun drastis dari 12,5 miliar dollar AS (Juli 2008) ke 7,1 miliar dollar AS (Januari 2009), impor juga turun signifikan dari 10,7 miliar dollar AS ke 5 miliar dollar AS pada periode yang sama. Terjadinya penurunan ekspor disebabkan adanya pengurangan atau pemangkasan tingkat konsumsi atau permintaan dari Negara maju seperti Amerika, Eropa maupun pasar Asia karena persoalan ekonomi di Negara tersebut akibat dari krisis global, sementara disisi yang lain Indonesia mengalmi tingkat ketergantungan yang bisa dikatakan cukup tinggi terhadap pasar luar negeri. Disamping itu juga Indonesia juga mengalami ketergantungan yang cukup besar akan teknologi, barang dan jasa seperti jasa perkapalan, asuransi, keuangan dan lainnya tentu akan mempengaruhi transaksi berjalan diperkirakan membuat defisit transaksi berjalan sekitar 2,5 miliar dollar AS pada tahun 2009 (Mirza Adityaswara Chief Economist Bank Mandiri Group).

Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan besar swasta maupun plat merah (BUMN) tidak luput juga dari hantaman krisis. Tidak sedikit perusahaan mengalami kerugian bahkan pilihan utuk menutup usahanya seperti yang terjadi akhir-akhir ini kerugian terbesar yang dialami salah satu perusahaan ternama PT Bakrie&Brother dalam jumlah Trilliun Rupiah dan terakhir penutupan bank IFI yang tentu tidak menutup kemungkinan akan diikuti oleh bank-bank bila dilihat dari meningkatnya Non performan Loan (NPL) tingkat kredit bermasalah 5% bahkan bergerak diatas 5%. Melihat kasus terebut orang akan berpikir dua kali untuk menginvestasikan modalnya dalam bentuk tabungan maupun dalam bentuk investasi usaha dengan melihat kondisi ekonomi yang fluktuatif dan tingginya resiko investasi yang diprediksi trend ekonomi negative, hal ini mempengaruhi return of investmen (ROI) dan tigkat profit yang akan didapatkan dari investasi tersebut.

Dampak krisis global di Indonesia setidaknya memunculkan 2 persoalan mendasar pertama; semakin bertambahnya angka kemiskinan akibat ketidakmampuan Negara dalam melahirkan kebijakan atau program-program yang tepat dalam arti program yang mampu memberikan perbaikan hidup rakyat, disamping ketidakmampuannya juga dalam mengelola dan menjaga kekayaan yang dimiliki dalam memajukan kesejahteraan rakyat . Kedua; Penambahan angka pengangguran akibat dari pemutusan hubungan kerja disamping sempitnya lapangan kerja di Indonesia (lapangan kerja tidak mampu menampung tingginya angkatan kerja). Lalu bagaimana dampak krisis global disektor rill rakyat yang notabenenya masih mengalami keterpurukan?

Demokrasi liberal
Demokrasi Liberal semakin merasuk kedalam sistem perpolitikan Indonesia. Kenyataan yang didapat adalah geliat langgam gerak partai politik dan elite politik borjuasi yang hanya memperkuat posisinya masing-masing, yang sejatinya tetap mewakili dan memperkuat kelas borjuasi. Secara kasat mata terlihat “cek-cok” atau “berselisih” bersaing memperebutkan kursi dan tiket BUPATI, DPRD, GUBERNUR, DPR, PRESIDEN, hingga MENTERI. Namun tetap tidak membawa kesejahteraan bagi kelas buruh dan rakyat indonesia. Yang mana dalam pelantikan Pemerintahan yang baru SBY dan BD yang pada hakikatnya adalah Rezim yang tidak akan berpihak kepada rakyat sejatinya.

Terkait dengan pelantikan SBY-BD yang juga hakikatnya antek-antek kapitalis, dibuktikan dengan banyaknya kebijakan-kebijakan yang pada dasarnya proses privatisasi dan liberalisasi seluruh sektor yang ada baik itu pendidikan (UU BHP), buruh (UU Ketenaga kerjaan), maupun peraturan-peraturan yang sangat menguntungkan para pemilik modal namun tidak berpihak terhadap rakyat.

Maka kami dari SERIKAT MAHASISWA INDONESIA Menyatakan sikap :

1.Kapitalisme bukanlah solusi untuk mensejahterakan rakyat.
2.Lawan rezim borjuis SBY-BD.
3.Nasionalisasi asset- asset dalam Negeri di bawah kontrol rakyat
4.Bangun Industri Mandiri
5.Laksanakan Reforma Agraria Sejati
6.Berikan Pendidikan gratis, Ilmiah, Demokratis, dan Bervisi kerakyatan
7.Cabut UU Badan Hukum Pendidikan
8.Cabut SK. DIKTI No. 26 Tentang: Pelarangan ormas dan organisasi beraktivitas dalam Kampus
9.Stop Pungli dalam kampus
10.Cabut system Out scoring terhadap buruh
11.Tolak PHK sepihak terhadap buruh PT WRP
12.Stop pengusuran PKL
13.Tolak WTO sebagai jalur Imprialisme

Turut Bersolidaritas :
FORMADAS (Forum Mahasiswa Anti Penindasan)
P-PRM (Politik Rakyat Miskin), PBB (Persatuan Buruh Berjuang)

ANTI KORUPSI

“Tolong! Selamatkan Indonesia dari Korupsi!” Teriakan ini terus menggelegar dari mulut masyarakat yang sudah jengah dengan para koruptor yang merajalela. Tak jarang mereka berteriak di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, di depan Kejaksaan Agung, di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, atau di depan Istana Merdeka. Meski penanganan kasus korupsi di Indonesia terus mengalami peningkatan, tema tersebut masih harus diteriakkan di Hari Antikorupsi Se-dunia yang jatuh 9 Desember ini.

Tak kunjung selesainya masalah korupsi di Indonesia membuat masyarakat marah. Bahkan KPK pun tak luput dari kemarahan tersebut. Sebagian masyarakat menuding KPK tebang pilih dalam menangani kasus korupsi di negara ini. Contohnya, saat KPK tak kunjung menjadikan besan Presiden SBY sebagai tersangka atas kasus dugaan penyalahgunaan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia sebesar Rp100 miliar. Padahal, KPK selalu digaungkan menjadi satu-satunya harapan Indonesia dalam memberantas korupsi.

Menanggapi hal ini, Ketua KPK, Antasari Azhar, selalu meyakinkan publik dengan berkata, “Cermati KPK! Jangan tinggalkan sedetik pun!” Akhirnya, pada Rabu (29/10) silam, KPK menetapkan mantan petinggi BI itu sebagai tersangka kasus tersebut. Hampir sebulan kemudian tepatnya Kamis (27/11), Aulia dijebloskan ke penjara.

Namun, pemberantasan korupsi oleh KPK ini seakan digembosi oleh adanya RUU Pengadilan Tipikor yang baru. Pertama, salah satu anggota panitia khusus yang membahas tentang RUU ini, Sujud Siradjuddin, telah mengakui menerima uang terkait pengalihfungsian hutan lindung di Bintan. Meski dia mengelak mengetahui uang tersebut terkait kasus yang juga melibatkan mantan anggota Komisi IV DPR, Al Amin Nur Nasution itu. Lanjutkan membaca ‘TOLONG ! SELAMATKAN INDONESIA DARI KORUPSI’

Mahasiswa Berpoltik?

Posted in 06:09

MAHASISWA BERPOLITIK?

Meskipun Ditjen DIKTI telah mengeluarkan Surat Keputusan No. 26/DIKTI/Kep/2002 untuk melindungi keaslian pemikiran mahasiswa supaya jangan sampai ternodai kepentingan suatu golongan, partai atau kelompok tertentu, dengan mencegah masuknya organisasi ekstra kampus (OMEK) ke dalam kampus. Namun para aktifis OMEK tersebut ternyata masih banyak yang tidak pernah bosan untuk terus berusaha dan terus melebarkan sayapnya masuk ke dalam lingkungan kampus. Berbagai cara mereka halalkan untuk menggalang massa sebanyak-banyaknya, tidak jarang pula mereka sampai mengangkat SARA (Suku, Ras, Agama, Antar golongan), bahkan banyak lagi diantara mereka yang saling berebut kursi kekuasaan di tingkatan mahasiswa melalui berbagai organisasi intra kampus (HMJ, BEM, DMF, MPM maupun LSO). Dan yang lebih memalukan lagi, ada pula sebagian dari mereka yang menggunakan berbagai cara-cara intimidasi, pengancaman, sampai dengan aksi-aksi kekerasan dengan sebilah pancor dan celurit ditangan. Sebuah aksi konyol dari mereka yang menyebut dirinya organisasi mahasiswa dan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Berbuat curang dalam pemilihan ketua dan pengurus HMJ, BEM, dan organisasi intra kampus lainnya demi kepentingan kelompoknya sudah merupakan hal yang biasa. Kemudian memanfaatkan kekuasaan mereka dalam organisasi intra kampus yang telah berhasil mereka kuasai demi kepentingan kelompoknya juga sudah hal yang lumrah bagi mereka.

Melalui organisasi intra kampus yang telah berhasil mereka kuasai inilah, mereka berupaya merapatkan diri dengan jajaran kampus, mengampanyekan jargon dan ideologi golongan, partai atau kelompok yang menjadi rekanan OMEK tersebut serta melakukan kaderisasi terhadap sejumlah mahasiswa untuk penggalangan massa kelompok mereka. Masuknya politik praktis berkepentingan di kampus tersebut dapat dilihat secara nyata dari keberadaan salah satu OMEK yang biasanya satu suara dalam mengampanyekan isu yang sama dengan golongan, partai atau kelompok yang menjadi rekanannya. Malangnya, tidak sedikit aktivis mahasiswa kini yang ikut terbujuk masuk dalam pusaran politik praktis berkepentingan itu. Berbagai iming-iming diberikan golongan, partai atau kelompok tertentu melalui OMEK rekanan mereka tersebut, semisal memberi kemudahan dalam hal bantuan dana kuliah (beasiswa), jalan pintas yang memudahkan merintis karir politik setelah lulus nanti, menambah jaringan kerja dan semacamnya bagi yang bersedia menjadi kader.

Sangat berbahaya ketika faham partai politik tertentu melalui beberapa OMEK tersebut mulai menjamah kampus, bahkan warna kampus pun bisa ikut berubah layaknya warna yang mereka bawa. Terkadang dalam satu organisasi kemahasiswaan yang telah jatuh ketangan mereka, orang-orang di dalamnya sebagian besar merupakan orang dalam satu faham golongan, partai atau kelompok tersebut. Ini yang akan menjadi racun bagi lainnya, mereka bisa jadi mempengaruhi anggota-anggota lain bahkan mahasiswa lain dalam kampus tersebut secara keseluruhan.

Mahasiswa memang boleh saja berpolitik bahkan terjun langsung dalam suatu partai karena mereka juga seorang warga negara Indonesia yang memiliki hak politik. Namun disini konteksnyalah yang salah, naungan berpolitik itu tidak seharusnya diatasnamakan mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan. Dipundak mahasiswa masa depan bangsa dan negara ini berada, mahasiswa harus menjadi agen perubahan. Apa jadinya jika para mahasiswa tersebut justru bermain-main dengan golongan, partai atau kelompok yang memiliki berbagai kepentingan politik. Mahasiswa harus kritis dan sadar akan posisinya, jangan sampai ditunggangi oleh kepentingan tertentu.